Orang selalu melihatku tersenyum, tertawa, ceria, gembira, seolah-olah aku hidup slalu bahagia.
Tapi semua itu kini berubah.
HANCUR.
mungkin cukup satu kata itu saja yang mampu melukiskan keadaan hatiku.
Aku pernah mencintai sepenuh hati.
Ku berikan semua yang aku punya untukmu.
Kukorbankan semua yang aku punya untukmu.
Semua yang kamu katakan aku lakukan.
Sampai aku benar-benar terlihat seperti orang idiot, atau robotmu, yang semua dalam hidupku adalah kamu yang mengatur. kamu membuat aku terhadapmu itu seperti balita yang tak bisa tenang tanpa empengnya.
sangat ketergantungan. kamu adalah obat penawar bagiku. seperti narkoba untuk para junkies.
i'm addicted to you.
benar-benar logika ini dibutakan oleh perasaanku kepadamu.
Ratusan nasihat, amarah bahkan cacian orang-orang disekelilingku yang selalu memperingatkanku hanya menjadi angin ditelingaku.
Aku sangat menjaga hati dan perasaanmu. hingga sedikitpun aku tak ingin melukaimu. sungguh.
Namun apa balasan yang aku trima??
APA???!!!!
Tiba-tiba kamu sayatkan pisau tajammu ke ulu hatiku.
Hanya karena alasan yang menurutku sangat *munafik* sekali, hanya karena keegoisanmu yang begitu tinggi.
Membuatku terdiam membisu bagai patung.
Menahan jeritan hati, dan segala rasa yang berkecamuk dalam hati, sakit, perih, kecewa, marah, hingga akupun tak sanggup melukiskan lagi apa yang aku rasakan.
Kamu yang sesaat lalu masih dalam pelukanku tiba-tiba kau lepaskan aku dan lari menjauh. Kamu tinggalkan aku begitu saja.
Bagai anak panah yang kehilangan arah. Aku tak tahu harus berjalan kearah mana.
Segala warna-warni keceriaan dan kegembiraan yang ditawarkan untukku tiada lagi artinya.
Ruang-ruang didalam hatiku terkunci rapat.
Teriakan dan hingar-bingar disekelilingku berubah menjadi bisikan angin ditelingaku.
Hatiku kaku, sekaku air yang mengeras menjadi balok-balok es.
Binar mata ceriaku seolah tertutup awan kelam,
sehingga segala cahaya yang disiratkan berubah menjadi kegelapan.
Canda tawa yang keluar dari mulut beo ku kini berubah menjadi uap.
Hanya tinggal aku sendiri disini. Tak ada yang mengerti. Seperti junkies yang sakaw karena kehabisan narkobanya. Aku pun begitu karena kehilanganmu. Pegangan hidupku.
Tapi tak jua kamu mengerti itu.
Karena kamu terlalu sibuk dengan anggapanmu terhadapku, tanpa pernah kamu tanyakan hatiku.
Thursday, 19 November 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment